Senin, 16 Mei 2016

KETOPRAK NGAMPUNG SEBAGAI SARANA HIBURAN RAKYAT DAN MENJALIN SOSIAL ANTAR SESAMA

Gambar 1. Seniman Dwi Mustanto (mas mus).
Seniman Dwi Mustanto lahir di Solo pada 30 mei 1981. Beliau biasa di panggil mas mus,  Beliau sebagai salah satu mahasiswa ISI Surakarta jurusan Teater angkatan 2010. Selain sebagai mahasiswa dia juga anggota kelompok dari kesenian ketoprak Ngampung dan ketoprak Seniman Muda. Bakat berkesenian yang beliau miliki diturunkan dari mendiang ayahnya. Mendiang ayahnya dahulu juga merupakan pemain dalam Srimulat yaitu Almahrum Bapak Agus Paminto.
            Awal mula mas mus berkiprah dalam seni ketoprak ketika lulus SMA sekitar tahun 2005. Beliau mulai senang dalam dunia seni peran. Lulus SMA pada tahun 2005, kemudian beliau tidak langsung melanjutkan jenjang pendidikannya. Beliau mulai masuk kuliah ketika di ISI Surakarta di buka jurusan Teater. Masuk kuliah tanpa biaya dikarenakan dosen yang membimbing juga merupakan anggota ketoprak yang sama dalam satu kelompok.
Pada sekitar tahun 70an kesenian ketoprak mengalami kejayaan  bahkan menjadikan sebuah ladang bisnis yang menjanjikan pada masanya. Di masa itu para pemain ketoprak hidupnya sangat mewah dan memilik banyak penggemar seperti selebritis ibukota. Antusias dari penonton luar biasa, Karena di tahun 70-an belum terlalu banyakperalatan elektronik  sepertisekarang ini. Masyarakat yang saat itu senang dengan ketoprak sebagai hiburan dan tontonan.
            Pada masa kejayaannya kelompok ketoprak dalam satu daerah bisa sampai puluhan kelompok dan itupun laku semua. Kelompok ketoprak yang besar mampu mendatangkan ribuan penonton dalam satu kali pementasan seperti Siswo Budoyo.  Waktu itu di kelompok ketoprak Siswo Budoyo sudah bisa melakukan promosi menggunakan pamflet melalui helikopter yang di sebar da atas  udara. Itu sebagai salah satu bukti kemajuan dankejayaan ketoprak pada waktu silam.
            Pada tahun 80an kesenian ketoprak mengalami penurunan peminat, sehingga banyak ketoprak yang akhirnya gulung tikar. Kelompok yang gulung tikar karena kalah pamor dengan hiburan elektronik yang serba instan.  Masyarakat pada waktu itu beralih menonton pertunjukan ketoprak dengan acara televisi. Walaupun televise mampu mengalihkan perhatian penonton tetapi juga masih ada yang minat untuk menyaksikan seni ketoprak. Penontonya kebanyakan yang sudah lanjut usia.
            Pada tahun tahun 90an ketoprak  Almarhum bpk Agus Pamito ayah dari mas mus menetap di Balaikambang. Balaikambang yang dulunya sebagai tempat pemukiman penduduk kemudian di jadikan taman hiburan. Sejak itu ketoprak Balaikambang mengadakan pentas setiap malam. Pementasan ketoprak ynag dilakukan tiap malam menjadikan kejenuhan bagi penontonnya, sehingga antusias penonton semakin hari semakin berkurang.
            Pada juni 2007 ketoprak Balaikambang di relokasi ke desa Nusukan. Para anggota kelompok ketoprak banyak yang menganggur sehingga tidak mendapatkan penghasilan. Mereka tidak kegiatan selama direlokasi banyak diantaranya pindah ke kelompok ketoprak lain untuk tetap berkesenian dan menyambung hidup.
 Konsep dalam berkesenian ketoprak dahulunya adalah mendatangkan penonton. Karena berkurangnya antusias penonton, pada tahun 2007 mas mus melalukan pemberontakan dengan mengubah konsep mendatangkan penonton menjadi mendatangi penonton. Konsep mendatangi penonton sendiri yaitu medatangi satu kampong ke kampong yang lainnya. Dari perubahan kosep yang mereka terapkan  berhasil merubah keadaan dan mendapat antusias yang baik dari masyarakat. Tema yang diangkat biasanya tentang fenomena yang ada pada saat itu atau yang  sedang menjadi perbincangan masyarakat setempat.
             Ketoprak ngampung adalah kelompok ketoprak memiliki program kegiatan pentas ketoprak dari satu kampung ke kampong  lainnya. Ketoprak kampung memiliki program tahunan yaitu mengadakan pentas keliling di sepuluh desa atau kampung yang mereka tuju di daerah Solo dengan biaya sendiri. Program yang mereka lakukan di terima di setiap kampung kecuali Semanggi, karena masyarakat di sana masih menjunjung tinggi agama yang di anut. Dengan upaya yang dilakukan kelompok ketoprak ngampung akhinya, berhasil melaksanakan pentas ketoprak di Semanggi, dan masyarakat Semanggi menerimanya.
            Dalam kesenian pertunjukan ketoprak mempunyai empat unsur yaitu: audio, visual, rasa dan intelektual. Unsur tersebut yang kemudian menjadi sebuah teori komunikasi. Unsur yang harus ada dalam seni pertunjukan agar mampu di terima dan dipahami oleh masyarakat yang melihatnya. Pertnjukan bukan sebagai tontonan semata juga bisa sebagai alat untuk menyampaikan pesan dan moral bagi masyarakat.
            Ketoprak biasanya menggunakan bahasa yang komunikatif atau mudah dipahami. Peran ata acting yang mereka lakukan masih menjunjung budaya timur. Setiap kelompok ketoprak juga mempunyai ciri khas tersendiri dalam pememtasan. Ketoprak ngampung dalam gaya kostum dan dekorasi juga menyasuaikan tempat yang mereka datangi waktu pentas.
            Untuk melestarikan kesenian ketoprak, para senior menularkan ilmunya dengan membimbing generasi muda untuk berkesenian. Dari bimbingan yang mereka lakukan diharapkan generasi penerus juga dapat melestarikan kesenian ketoprak agar tetap bisa berkembang. Menjaga dan ikut serta dalam melestarikan budaya, sebagai salah satu kecintaan anak bangsa terhadap budaya mereka sendiri.

Narasumber: Dwi Mustanto (Mas mus).