Minggu, 20 Maret 2016

Seni Masyarakat Jawa dan Toleransi " Wayang Wong Sriwedari"



  “WAYANG WONG SRIWEDARI “
Gambar pertunjukan wayang wong Sriwedari (http://arti-sejarah.blogspot.co.id/2012/12/wayang-wong-sriwedari.html) 
Wayang wong adalah sebuah gendre yang digolongkan kedalam bentuk drama tari tradisional. Wayang wong Sriwedari merupakan sebuah kelembagaan kesenian komersial milik Keraton Kasunanan Surakarta yang didirikan sekitar tahun 1910, untuk melengkapi hiburan yang ada ditaman Sriwedari. Perintis Grup Wayang komersial ialah Gan Kam Seorang pengusaha dari Cina yang kaya dari Surakarta. Tempat untuk mengadakan pertunjukan dipasar Singosaren atau sekarang dijalan DR. Radjman Surakarta.
Hadirnya Wayang wong Sriwedari merupakan gabungan dari seniman wayang wong mbarangan yang kemudian oleh keraton diangkat sebagai abdi dalem. Bagi penari pria yang berprestasi diberi kedudukan pangkat abdi dalem dengan nama wibakso, penari wanita rini dan pengrawit rawita.
Wayang wong Sriwedari mengalami kemunduran karena kontrol politik pada pemerintahan Jepang. Puncak keemasan wayang wong Sriwedari sekitar tahun 1960-an. Wayang wong Sriwedari terus merana sejalan dengan perkembangan zaman dan ditinggalkan pemain-pemainnya.
Wayang wong sebagai format seni panggung sudah ada sejak masa awal pemisahan Mataram menjadi Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Namun kejadian penghapusan pembangunan wayang wong sebagai agenda rutin Adipati Mangkunegara ini tidak membuat Wayang wong lantas hilang. Sejak itu Wayang wong berkembang sebagai seni pangguang rakyat, dengan berbagai perkembangan dan perubahan dari format awalnya sebagai seni elit.
Gaya hidup konsumerisme cenderung meninggalkan nilai tradisi, termasuk kesenian tradisional karena dianggap ketinggalan zaman. Mitos modernitas membangun sekaligus menghancurkan, artinya bahwa sesuatu yang bersifat modern tidak semuanya negatif.
Upaya yang dilakukan agar Wayang Wong Sriwedari bisa berkembang adalah dengan mendirikan tempat pendidikan dan pelatihan. Hal tersebut untuk membangun suber daya manusia dibidang penyutradaraan, artis yang professional dalam seni wayang wong dan tata panggung.
Tetapi status dari wayang wong Sriwedari adalah semi komersial artinya bahwa keberadaan wayang wong Sriwedari tidak semata-mata tergantung dari hasil penjualantiket melainkan dari subsidi pemerintah kota.

Toleransi Kebudayaan Wayang Wong Sriwedari
1.      Toleransi dalam bidang ekonomi
Toleransi yang ada dalam wayang wong Sriwedari adalah adanya kerjasama antara masyarakat lokal dengan orang Cina untuk mengelola keberlangsungan Wayang wong Sriwedari pada masanya. Pada fase ini kita menyasikkan peran etnis Cina (Sebagai etnis terbesar ketiga di Indonesia) yang ikut menyemarakan seni pangguang Wayang wong. Keterlibatam orang cina dibisnis pemanggunaan wayang wong cukup lama yaitu skitar 70 tahunan, antara (1895-1965). Tetapi dalam fase ini Wayang wong mengalami kemunduran status. Pada tahun 1895 perkembangan wayang wong hampir tidak pernah dikenal diluar tembok istana. Tetapi pada tahun itu juga didirikan rombongan wayang wong komersial oleh pengusaha Cina yang mengharuskan penonton untuk membeli tiket masuk.
Difasilitasi oleh Cina (pengusaha) dan Kasunanan Surakarta (penguasa) Wayang wong berhasil menjelma menjadi Wayang komersial yang mendapatkan antusias dari masyarakat. Puncak keemasan Wayang Wong Sriwedari sekitar tahun 1960-an. Bentuk perkembangan wayang wong komersial diluar tembok kraton mengalami formalitas budaya kraton, disesuaikan dengan selera masyarakat.
Menurut pandangan seniman istana pada perkembangan wayang wong komersial dianggap murahan, karena tega menjual nilai keramat seni istana untuk tujuan komersial. Berbicara wayang wong Sriwedari maka tidak lepas dengan Taman Sriwedari.
2.      Apresiasi Penonton
Para penonton waktu itu berasal dari semua kalangan. Masyarakat kota, masyarakat desa, generasi muda dan terutaa generasi tua berbondong-bondong untuk menonton wayang orang. Karena banyaknya peminat tidak jarang mereka yang tidak mendapatkan tiket. Pada waktu itu pemeran wayang wong diibaratkan makmur hidupnya. Bagi mereka wayang orang saat itu tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari, melainkan kebutuhan sekunder seperti rekreasi.
Pada tahun 1982 minat penonton wayang wong Sriwedari semakin menyusut. Untuk menarik minat penonton biasanya Sriwedari juga mengadakan pasar malam sekitar satu bulan setiap tahunnya. Hal ini menjadikan keuntungan sendiri bagi mereka yang ingin menonton wayang wong sekaligus berbelanja. 


Sumber referensi:
Hersapandi. 1999. Wayang Wong Sriwedari dari Seni Istana Menjadi Seni Komersial. Yogyakarta: Yayasan Untuk Indonesia.
Kayam, umar. dkk. 1999. Ketika Orang Jawa Nyeni. Yogyakarta. Galang Press.
http://arti-sejarah.blogspot.co.id/2012/12/wayang-wong-sriwedari.html



6 komentar:

  1. maaf, mbak hikmah ? mau nanya apakah wayang wong sriwedari ini masih di minati ? khususnya oleh ana muda di sriwedari .. terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dari generasi penerusnya saya belum begitu tahu karena belum mengadakan survei sendiri..itu baru referensi dari buku..terimakasih tapi kalau dilihat dari kota solo sendiri sebagai kota budaya, menurut saya masih diminati..untuk menjaga keberlangsungan wayang wong di kota solo khususnya Sriwedari..

      Hapus
  2. mau nanya mbak,
    jika wayang wong sriwedari bersifat komersil, apakah keberlangsungannya dapat bertahan hingga nanti? mengingat tiket dari penonton sedangkan peminat semakin menurun dan kurangnya promosi?
    trus kalau orang china terlibat dalam pendanaan, apakah juga terlibat juga dalam peran di pementasan?
    oya, alangkah lebih baiknya disertai foto ya gan? hehe
    makasi :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih atas respon anda terhadap artikel ini..Menurut pendapat saya bisa bertahan ..asalkan pemain dan menejemennya bisa konsinten dalam hal mengelola keuangan..Kan mereka juga di abntu oleh pemerintah daerah setempatkan.
      Kalau dari promosi menurutpendapat saya, dengan adanya alat komunikasi (khususnya media sosial) yang semakin maju dan mudahnya mengakses dengan adanya internet, memeungkinkan minat untuk wayang wong Sriwedari bukan hanya dari daerah sendiri melainkan daerah lain bahkan negara-nagara tetangga..
      Orang cina dahulu hanya yang membiayai..tapi mereka kemudian meninggalkannya dan digantikan dengan dana dari pemerintah kota..itu yang saya tahu..
      terimakasih atas masukannya

      Hapus
  3. maaf mau nanya mbak hikmah, menurut anda bagaimana cara untuk menarik minat para kaum muda khususnya untuk menyaksikan seni wayang wong tersebut?terimakasih..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menurut pendapat saya, untuk menarik minat para generasi muda itu salah satu mengadakan pasar malam yang diadakan oleh masyarakat selama sebulan setiap tahunnya..karena dengan adanya pasar malam maka pengunjung daearah Sriwedari juga akan meningkat,,dan peluang untuk menonton lumayan besar,,,dipasar malam biasanya para generasi mudanya lebih tertarik, hanya sekedar jalan-jalan bersama teman,berbelanja,bahkan menikmati hiburan yang ada disana..itu sebagai salah satunya,,
      dari perkembangan zaman, bisa disiarkan melalui televisi penyajian yang dikemas dengan semenarik mungkin menurut selera anak muda zaman sekarang,,
      terimakasih tapi yang paling utama dari diri masing-masing sih,,

      Hapus