Senin, 29 September 2014



DINAMIKA KEBUDAYAAN
BUDAYA KLASIK DALAM ASPEK SEJARAH, ARSITEKTUR, TEKNOLOGI DAN DINAMIKA MASYARAKAT




Tugas Ini disusun untuk Memenuhi Syarat Mata Kuliah Dinamika Kebudayaan Uji Kopetensi Dasar 1

Oleh:
SITI NURHIKMAH
NIM.C0613047


SENI RUPA MURNI
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
September, 2014










Budaya Klasik dan Modern di Indonesia

1. Budaya Klasik dalam Aspek Sejarah
Istilah prasejarah (preshistory) mengandung pengertian yang agak membingungkan. Kata tersebut merupakan gabungan dari kata “pra” dan “sejarah”, yaitu masa sebelum prasejarah. Perkembangan sejarah Indonesia berasal dari penelitian orang-orang Eropa. Perkembangan sejarah dibedakan menjadi tiga fase yaitu: fase pembentukan (formative phase) yang berlangsung dari permulaan Renaisans hingga tahun 1859 dan masa 1859-1918: fase transisi (transitional phase) berlangsung antara dua perangdunia, yaitu 1918-1945: dan fase resen (current phase) dari tahun 1948 hingga sekarang ( Daud Aris Tanudirjo, 2012: 23-26).
Perkembangan di Eropa membawa pengaruh di Indonesia. Dengan demikian maka mereka mengumpulkan benda-benda purbakala, dan menjadi penelitian untuk mengetahui arti dan nilai sejarahnya.
1)      Tahap pengumpulan benda-benda ( abad XVII- paruh pertama abad XIX).
Tahap ini awal dari kelahiran prasejarah di Indonesia yang ditandai dengan munculnya aktivitas pengumpulan benda prasejarah oleh para kolektor asing. Kegiatan pengumpulan benda sejarah mulai giat pada tahun 1778 karena didirikannya museum di Jakarta yang bernama Bataviaasch Genootschap van Kunstenen Wetenschappen yang menjadi cikal bakal museum Nasional sekarang. Selain mengumpulkan kapak neolitik muncul juga pengumpulan barang kuno. Di kala itu berbagai kapak dari berbagai Priangan, Banyumas dan Bagelan terkumpul dan semuanya disimpan dibagian etnografi.
Selain alat batu perhatian terhadap peninggalan megalitik mulai dilakukan. Mulanya bangunan megalitik masih dianggap sebagai bangunan Hindu. Pada tahun 1802 seorang misionaris, E.C. Wilsen menyusun laporannya tentang penemuan benda pada zaman megalitik berupa tempat pemujaan yang terdiri dari bangunan teras, menhir, dan patung nenek moyang di Serang, Lemo, Cirebon (Daud Aris Tanudirjo, 2012: 29).
2)      Tahap Pendeskripsian (paruh kedua abad XIX)
                                    Kegiatan mengumpulkan barang sejarah makin marak bertujuan untuk mengetahui latar belakang sejarahnya. Kolektor yang beragam kalangan menyebabkan beda pendapat. Tinggalan yang paling mencolok dari periode ini adalah kapak batu dan perunggu, nekara perunggu, megalit dan fosil manusia. Selain terhadap koleksi benda neolitik, perhatian terhadap bangunan megalitik semakin besar.Yang paling rinci terjadi pada kubur megalitik di Bondowoso. Tak hanya benda arkeologis pada tahun ini juga perhatian terhadap fosil fauna dan flora mulai marak.
                                    Raden Saleh sebagai pelukis pribumi mendiskripsikan fosil Vertebrata yang ia kumpulkan di tahun 1866 dan 1867 dari daerah sekitar Kedunglumbu dekat dengan Kedungbrubus. Beberapa diantara hewan tersebut adalah Mastodon sp, Stegodon trigonocephalus, Stegodon bombofrons, Stegodon sp, Elephas namadicus, Elephas hysudrindicus, Elephas sp dan Cervus sp. Fauna tersebut setara dengan fauna yang berada di Tersier dari Narbada dan Siwalik, India (Daud Aris Tanudirjo, 2012: 30).
3)      Tahap Penelitian Sistematis ( Akhir abad XIX-Masa Kemerdekaan)
Tahap ini dipandang sebagai kelahiran dari ilmu prasejarah di Indonesia, yang mempunyai ciri timbulnya kegiatan eksplorasi yang sangat intensif pada situs prasejarah. Aspek prasejarah yang menonjol mendapat perhatian adalah fosil manusia purba dan hewan, sisa kehidupan dalam gua, tinggalan megalitik, dan benda logam.
Pada tahap ini mulai muncul figur yang meletakan landasan bagi prasejarah Indonesia. Stein Callenfels sangat tertarik pada peninggalan prasejarah dan merupakan pejabat pertama yang diangkat dilembaga purbakala untuk mengadakan penelitian di Indonesia. Situs yang menjadi tempat dia untuk melakukan penelitan adalah Situs Kalumpang dan gua di Sulawesi Selatan, Situs bukit kerang (kitchenmidden) di Sumatera Utara, Gua Lawa di Jawa Timur dan penelitian Sarkofagus di Bali ( Daud Aris Tanudirjo, 2012: 31).
4)      Tahap Penelitian Multidisipliner (Masa Kemerdekaan-Sekarang)
                                    Selanjutnya perkembangan berlangsung hingga sekarang sejak masa kemerdekaan dengan penelitian menggunakan sistem multidisipliner. Yang mempunyai ciri oleh upaya untuk menemukan tingkatan kultural yang dilaksanakan secara komparatif dalam membagun kronologi prasejarah dengan kajian lintas disiplin.
                                    Hasil penelitian telah memberikan kemajuan yang sangat pesat dalam prasejarah dan melahirkan teori dalam hipotesis tentang perkembangan budaya wilayah sebaran dan asalnya. Figur yang paling mencolok adalah Hendrik Robert Van Hekeren yang memperkenalkan pendekatan multidisipliner dalam penelitian. Penelitiannya dilakukan pada sekitar 1948-1956 antara lain di Kalumpang, Leang Pattae (Sulawesi Selatan), Flores, Pacitan, Bali, Anyer, dan di gua Puger di Situbondo ( Daud Aris Tanudirjo, 2012: 35).
·         Konsep Penulisan Prasejarah di Indonesia
a)      Rentang waktu yang panjang, secara umum prasejarah Indonesia di awali dengan kolonisasi kepulauan pertama oleh manusia purba di sekitar awal pleistosen dan berakhir pada pengenalan tulisan disekitar permulaan masehi.
b)      Interaksi manusia, budaya dan lingkungan, periode yang tertua kehidupan manusia tergantung pada alam sehingga budayanya sangat di pengaruhi lingkungan.
c)      Kelekatan geologis yang strategis, karena wilayahnya yang strategis maka Indonesia sebagai persentuhan, persemaian, dan persebaran budaya.
d)     Variabilitas ekologi dan ras, budaya prasejarah Indonesia pada dasarnya merupakan kumpulan unit budaya yang berkembang dimasing-masing daerah hingga membentuk mozaik budaya yang khas.
e)      Varibilitas perkembangan budaya, untuk menghindari adanya kesalahan interpretasi yang mengesankan seolah budaya yang relatif tidak mengalami perubahan tetapi lebih terhadap respons terhadap kondisi yang dihadapi. Ada lima peristiwa besar yang terjadi pada perkembangan prasejarah yaitu:
1.      Kemunculan manusia purba, munculnya manusia purba (homo erectus).
2.      Kemunculan manusia modern awal, kemunculan manusia modern awal (early modern human) atau homo sapiens tertua di kepulauan Nusantara.
3.      Berakhirnya zaman es terakhir (wurm), peristiwa ini membawa dampak pada bidang paleogeografi, paleoiklim, dan paleokologi tetapi juga pada geografi hunian dan budaya.
4.      Kehadiran penutur Austronia, dengan budaya neolitik mengawali tonggak perkembangan prasejarah di Indonesia.
5.      Kompleksitas masyarakat akhir prasejarah, di cirikan dengan kehidupan masyarakat semakin kompleks menjelang awal masehi, dan mengantarkan Indonesia pada awal transisi memasuki masa sejarah (zaman protosejarah) (Daud Aris Tanudirjo, 2012: 36-41).



2. Budaya Klasik dalam Aspek Arsitektur
Rumah tradisional mempunyai ciri dari bentuk juga bahan yang digunakan seperti balok  kayu, bambu, lembaran-lembaran daun, jenis rumput atau alang-alang dan serat. Bentuk rumah atap dan dinding di sesuaikan dengan iklim tropis yang ada di Indonesia. Aturan bentuk, letak ditentukan oleh keyakinan spiritual yang dianut.
Beberapa macam rumah tradisional yang ada di Indonesia:
a)      Rumah tradisional Madura, ada dua macam rumah Madura yaitu daerah Madura Barat, dengan pusat Bangkalan dan Madura Timur.
b)      Rumah Tradisional Jawa, yaitu rumah Joglo, rumah Limasan, rumah kampung, bentuk mesjid dan Tajung, dan rumah Panggang pe.
c)      Rumah Toraja, bentuk rumah yang paling kompleks yaitu Tongkongan (Fuad Hasan, 1984: 152-159).
3. Budaya Klasik dalam Aspek Teknologi
Teknologi ialah  penerapan sistematis dari pengetahuan-pengetahuan ilmiyah atau pengetahuan yang teratur untuk tugas yang praktis. Menurut Sumitro ada tiga teknologi yaitu teknologi maju. Kita harus meningkatkan kemampuan nasional dibidang penelitian dan teknologi yang menyangkut sumber energi dan mineral (mineral technology), dibidang nuklir dan mengenai beberapa aspek pokok dalam bidang teknologi angkasa luar.
1.      teknologi bersifat adaptif (menyesuaikan), yang dapat dimanfaatkan untuk pemecahan masalah dibidang pangan, pemukiman, pemeliharaan tana dan perkembanagan industri.
2.      teknologi protektif (perlindungan), pengembangan teknologi yang bersifat proktektif adalah untuk memelihara, melindungi dan mengamankan ekologi dan lingkungan hidup bagi masa depan. (Y. B. Mangunwijaya, 1993. 4)
Di negara berkembang seperti di Indonesia  industrialisasi tidak selalu mengakibatkan berkurangnya pengangguran. Ekonomi merupakan hasil industrialisasi, peningkatan perdagangan internasional dan penanaman modal asing. Selain pengangguran masalah yang belum teratasi adalah di bidang pendidikan. Di negara berkembang sistem pendidikannya belum memadai untuk menampung jumlah penduduk yang semakin hari semakin bertambah banyak. Sistem pendidikan mendidik orang untuk menjauhi pekerjaan yang diperlukan di desa  dan mencari kesempatan bekerja di kota dan membangkitkan harapan yang bersifat urban atau perkotaan (Y. B. Mangunwijaya 1993: 49-50).
Negara yang sedang berkembang menyadari bahwa membuka daerah luar kota (countryside) dengan cara pembangunan pedesaan (rural develoment) dapat menyebabkan desa tergantung pada produk dari kota metropolitan dan dari negara asing. Dengan demikian kegiatan di desa menjadi terbengkalai yang justru kegiatan non-agraris yang dipenuhi sendiri. Akibat teknologi masyarakat lebih bergantung pada produk dari luar.
Dengan adanya kendaraan juga sistem sosio teknologi menimbulkan kerugian ekonomis dan sistem pemberi kehidupan dari bumi hanyalah terbatas adanya. Banyak pertanyaan tentang hal ini diantaranya apakah basis bahan mentah dibumi akan dapat mencukupi untuk mendukung suatu ekonomi dunia dimana negara berkembang dapat mendapatkan kemakmuran seperti di Eropa sekarang? (Y. B. Mangunwijaya, 1993:51).
Bagaimana negara yang sedang berkembang kiranya dapat menyusun pola pembangunan yang dapat membuat mereka hidup dengan taraf kepadatan penduduk tiga puluh tahun mendatang  bisa mencapai dua kali dari jumlah sekarang. Negara sedang berkembang harus menjalankan kebijaksanaan perkembangan yang diarahkan pada pemekerjaan (employment-oriented) dalam induatri dan pertanian harus mengembangkan teknologi menengah (intermediate technologies) yang sesuai dengan sumber mereka.
Negara berkembang juga harus meningkatkan kecakapan dalam bidang teknologi tinggi guna proses produksi dibidang tertentu, namun kebutuhan “teknologi menengah” lebih ada dua alasan yaitu:
1)      Akan merugikan masalah negara untuk mengermbangkan teknik produksi yang padat karya
2)      Negara berkembang tidak mengembangkan “teknologi menengah” mereka akan terjerat dalam gerakan yang dapat membawa mereka untuk mengulang pola pembangunan negara industi.

Operasi bisnis asing dinegara berkembang terutama perusahaan multinasioan yang amat efisien dan kuat dapat membuat  “teknologi menengah” amat sulit. Negara yang berkembang sangat sulit untuk menyusun pola pembangunan (Y. B. Mangunwijaya, 1993: 53-54).

Pada tingkat kebudayan negara yang kurang berkembang dapat menemukan kunci dari semangat, motivasi dan penampilan diri yang dapat dipergunakan untk menyusun pembangunan yang baru dan berbeda. Konsep dari pembangunan sebagai penggerakan sistem sosial yang belakangan ini mulai berhenti untuk mengejar tujuan baru harus lebih mengerti lagi betapa pentingnya motivasi, tujuan dan makna dalam proses pembaruan diri nasional. Jika pembangunan hanya sebagai kerangka dalam cita hidup yang lebih luas sebagaimana yang telah artikan dalam kebudayaan tradisional berbagai negara berkembang, maka kecil kemungkinan untuk berkembang dalam perubahan, penyesuaian kreatif dan pembaruan akan tahan untuk tetap berlangsung (Y. B. Mangunwijaya,1993:55).
Jika suatu masyarakat hendak mendapatkan suatu strategi pembangunan yang menuju kesuatu sistem kemasyarakatan yang menggunakan teknologi yang berbeda, maka kita harus memuatkan usaha kita dalam usaha kebudayaan tradisional untuk membentuk kembali dirinya. Bukan saja tantangan modern melainkan untuk menangani prencarian tujuan dan makna hidup.
Kehampuan eksistensial yang nampak menatap mereka yang sudah sepenuhnya tertanam dalam apa yang dinamakan kebudayaan kosmopolitan modern, demikian mungkin dapat meningkatkan proses pembuahan silang yang diperbaharui dengan kebudayaan serta agama dunia yang tradisional.
Yang seharusnya dicari yaitu suatu peradaban baru kebudayaan baru. Penduduk diseluruh dunia membutuhkan kedamaian, kreatif dan kebahagiaan. Kita semua bernasib sama karena tidak ada masa depan yang terpisah-pisah bagi negara kaya dan bagi negara miskin. Pemecahan konkrit guna bertujuan dari kreatifitas kultural murni manusia dan pengabdian energi mental maupun spiritual (Y. B. Mangunwijaya,1993:56-57).
Kerajaan hindu budha yang memulai penyebarannya selama abad 1Masehi yang di adopsi oleh kalangan suku austronesia ciri asing demi kemaslahatan mereka sendiri. Pemerintah pertama yang terkena pengaruh India abad 5. Konsep baru berkembang diistana Indo-Melayu, menghasilkan kultural yang luar biasa dalam semua wilayah artistik.
Dalam seni arsitektur monumen yang agung telah dibangun istana lokal, kesusasteraan, puisi, theater dan tarian yang dikembangkan. Periode klasik merupakan masa pergolakan spiritual dan religius pusat pengkajian agama Budha di Sumatera merupakan faktor penting dalam perkembangan dan penyebaran doktrin religius yang baru di Asia Tenggara (Michel Paul Munos, 2009: 438).
4. Budaya Klasik dalam Aspek Dinamika Masyarakat
            Manusia dan kebudayaan merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Karena pendukung adanya budaya adalah manusia atau masyarakat. Cara meneruskan budaya yaitu dengan bahas aatau manusia yang di karuniai kepandaian bicara. Maka sesungguhnya pendukung kebudayaan itu bukanlah manusia melainkan masyarakat seluruhnya. Masyarakat yang berubah sifatnya yang menimbulkan perubahan budaya. Kalau zaman prasejarah kita ambil satu zaman maka akan ada empat zaman yaitu:
1)      Zaman prasejarah sejak adanya manusia sampai kebudayaan kira-kira abad 5 masehi.
2)      Zaman purba yaitu sejak datangnya pengaruh India sampai lenyapnya kerajaan Majapahit.
3)      Zaman madya yaitu datangnya agama dan pengaruh islam menjelang akhir zaman majapahit.
4)      Zaman baru (modern) sejak masuknya anasir Barat dan teknik modern sampai sekarang.
Kebudayan daerah mempunyaijalan perkembangan sendiri sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat. Masalah yang masyarakat hadapi dalam membina kebudayaan baru yang benar-benar dapat dinamakan Kebudayaan Indonesia (R. Soekmono. 1973: 9-17).




 
Simpulan
Budaya bangsa Indonesia tidak lepas dari beberapa aspek yang ada, yaitu aspek sejarah, aspek arsitektur, aspek teknologi dan aspek dinamika masyarakat. Manusia dan kebudayaan merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Karena pendukung adanya budaya adalah manusia atau masyarakat. Cara meneruskan budaya yaitu dengan bahasa atau manusia yang di karuniai kepandaian bicara. Maka sesungguhnya pendukung kebudayaan itu bukanlah manusia melainkan masyarakat seluruhnya.
 Zaman sejaran berasal dari gabungan dari kata “pra” dan “sejarah”, yaitu masa sebeluam prasejarah. Perkembangan sejarah Indonesia berasal dari penelitian orang-orang Eropa.

DAFTAR PUSTAKA
Daud Aris Tanudirjo, dkk. 2012. Indonesia dalam Arus Sejarah. Jakarta: PT Ichtiar baru van hoeve. Fuad Hasan. 1984. Kapita Selekta Manifestasi Budaya Indonesia. Jakarta: P. T. Alumni.
Michel Paul Munos. 2009. Kerajaan-kerajan Awal Kepulauan Indonesia. Yogyakarta: Mitra abadi.
R. Soekmono. 1973. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia 1. Jakarta: Kanisius.
Y. B. Mangunwijaya. 1993. Teknologi dampak Kebudayaannya. Jakarta: Yayasan obor Indonesia.