“WAYANG
WONG SRIWEDARI “
Gambar pertunjukan wayang wong Sriwedari (http://arti-sejarah.blogspot.co.id/2012/12/wayang-wong-sriwedari.html) |
Hadirnya
Wayang wong Sriwedari merupakan gabungan dari seniman wayang wong mbarangan yang kemudian oleh keraton
diangkat sebagai abdi dalem. Bagi
penari pria yang berprestasi diberi kedudukan pangkat abdi dalem dengan nama wibakso,
penari wanita rini dan pengrawit rawita.
Wayang
wong Sriwedari mengalami kemunduran karena kontrol politik pada pemerintahan
Jepang. Puncak keemasan wayang wong Sriwedari sekitar tahun 1960-an. Wayang
wong Sriwedari terus merana sejalan dengan perkembangan zaman dan ditinggalkan
pemain-pemainnya.
Wayang
wong sebagai format seni panggung sudah ada sejak masa awal pemisahan Mataram
menjadi Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Namun kejadian
penghapusan pembangunan wayang wong sebagai agenda rutin Adipati Mangkunegara
ini tidak membuat Wayang wong lantas hilang. Sejak itu Wayang wong berkembang
sebagai seni pangguang rakyat, dengan berbagai perkembangan dan perubahan dari
format awalnya sebagai seni elit.
Gaya
hidup konsumerisme cenderung meninggalkan nilai tradisi, termasuk kesenian
tradisional karena dianggap ketinggalan zaman. Mitos modernitas membangun
sekaligus menghancurkan, artinya bahwa sesuatu yang bersifat modern tidak
semuanya negatif.
Upaya
yang dilakukan agar Wayang Wong Sriwedari bisa berkembang adalah dengan
mendirikan tempat pendidikan dan pelatihan. Hal tersebut untuk membangun suber
daya manusia dibidang penyutradaraan, artis yang professional dalam seni wayang
wong dan tata panggung.
Tetapi
status dari wayang wong Sriwedari adalah semi komersial artinya bahwa
keberadaan wayang wong Sriwedari tidak semata-mata tergantung dari hasil
penjualantiket melainkan dari subsidi pemerintah kota.
Toleransi
Kebudayaan Wayang Wong Sriwedari
1.
Toleransi
dalam bidang ekonomi
Toleransi
yang ada dalam wayang wong Sriwedari adalah adanya kerjasama antara masyarakat
lokal dengan orang Cina untuk mengelola keberlangsungan Wayang wong Sriwedari
pada masanya. Pada fase ini kita menyasikkan peran etnis Cina (Sebagai etnis
terbesar ketiga di Indonesia) yang ikut menyemarakan seni pangguang Wayang
wong. Keterlibatam orang cina dibisnis pemanggunaan wayang wong cukup lama
yaitu skitar 70 tahunan, antara (1895-1965). Tetapi dalam fase ini Wayang wong
mengalami kemunduran status. Pada tahun 1895 perkembangan wayang wong hampir
tidak pernah dikenal diluar tembok istana. Tetapi pada tahun itu juga didirikan
rombongan wayang wong komersial oleh pengusaha Cina yang mengharuskan penonton
untuk membeli tiket masuk.
Difasilitasi
oleh Cina (pengusaha) dan Kasunanan Surakarta (penguasa) Wayang wong berhasil
menjelma menjadi Wayang komersial yang mendapatkan antusias dari masyarakat.
Puncak keemasan Wayang Wong Sriwedari sekitar tahun 1960-an. Bentuk
perkembangan wayang wong komersial diluar tembok kraton mengalami formalitas
budaya kraton, disesuaikan dengan selera masyarakat.
Menurut
pandangan seniman istana pada perkembangan wayang wong komersial dianggap
murahan, karena tega menjual nilai keramat seni istana untuk tujuan komersial.
Berbicara wayang wong Sriwedari maka tidak lepas dengan Taman Sriwedari.
2. Apresiasi Penonton
Para
penonton waktu itu berasal dari semua kalangan. Masyarakat kota, masyarakat
desa, generasi muda dan terutaa generasi tua berbondong-bondong untuk menonton
wayang orang. Karena banyaknya peminat tidak jarang mereka yang tidak
mendapatkan tiket. Pada waktu itu pemeran wayang wong diibaratkan makmur
hidupnya. Bagi mereka wayang orang saat itu tidak hanya mampu memenuhi
kebutuhan sehari-hari, melainkan kebutuhan sekunder seperti rekreasi.
Pada
tahun 1982 minat penonton wayang wong Sriwedari semakin menyusut. Untuk menarik
minat penonton biasanya Sriwedari juga mengadakan pasar malam sekitar satu bulan
setiap tahunnya. Hal ini menjadikan keuntungan sendiri bagi mereka yang ingin
menonton wayang wong sekaligus berbelanja.
Sumber
referensi:
Hersapandi. 1999. Wayang Wong Sriwedari dari Seni Istana Menjadi Seni Komersial.
Yogyakarta: Yayasan Untuk Indonesia.
Kayam, umar. dkk. 1999. Ketika Orang Jawa Nyeni. Yogyakarta. Galang Press.
http://arti-sejarah.blogspot.co.id/2012/12/wayang-wong-sriwedari.html
http://arti-sejarah.blogspot.co.id/2012/12/wayang-wong-sriwedari.html
maaf, mbak hikmah ? mau nanya apakah wayang wong sriwedari ini masih di minati ? khususnya oleh ana muda di sriwedari .. terimakasih
BalasHapusDari generasi penerusnya saya belum begitu tahu karena belum mengadakan survei sendiri..itu baru referensi dari buku..terimakasih tapi kalau dilihat dari kota solo sendiri sebagai kota budaya, menurut saya masih diminati..untuk menjaga keberlangsungan wayang wong di kota solo khususnya Sriwedari..
Hapusmau nanya mbak,
BalasHapusjika wayang wong sriwedari bersifat komersil, apakah keberlangsungannya dapat bertahan hingga nanti? mengingat tiket dari penonton sedangkan peminat semakin menurun dan kurangnya promosi?
trus kalau orang china terlibat dalam pendanaan, apakah juga terlibat juga dalam peran di pementasan?
oya, alangkah lebih baiknya disertai foto ya gan? hehe
makasi :D
terimakasih atas respon anda terhadap artikel ini..Menurut pendapat saya bisa bertahan ..asalkan pemain dan menejemennya bisa konsinten dalam hal mengelola keuangan..Kan mereka juga di abntu oleh pemerintah daerah setempatkan.
HapusKalau dari promosi menurutpendapat saya, dengan adanya alat komunikasi (khususnya media sosial) yang semakin maju dan mudahnya mengakses dengan adanya internet, memeungkinkan minat untuk wayang wong Sriwedari bukan hanya dari daerah sendiri melainkan daerah lain bahkan negara-nagara tetangga..
Orang cina dahulu hanya yang membiayai..tapi mereka kemudian meninggalkannya dan digantikan dengan dana dari pemerintah kota..itu yang saya tahu..
terimakasih atas masukannya
maaf mau nanya mbak hikmah, menurut anda bagaimana cara untuk menarik minat para kaum muda khususnya untuk menyaksikan seni wayang wong tersebut?terimakasih..
BalasHapusMenurut pendapat saya, untuk menarik minat para generasi muda itu salah satu mengadakan pasar malam yang diadakan oleh masyarakat selama sebulan setiap tahunnya..karena dengan adanya pasar malam maka pengunjung daearah Sriwedari juga akan meningkat,,dan peluang untuk menonton lumayan besar,,,dipasar malam biasanya para generasi mudanya lebih tertarik, hanya sekedar jalan-jalan bersama teman,berbelanja,bahkan menikmati hiburan yang ada disana..itu sebagai salah satunya,,
Hapusdari perkembangan zaman, bisa disiarkan melalui televisi penyajian yang dikemas dengan semenarik mungkin menurut selera anak muda zaman sekarang,,
terimakasih tapi yang paling utama dari diri masing-masing sih,,