Batik adalah kerajinan yang memiliki
nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya
Jawa) sejak lama, dan masih ada sampai saat ini. Batik pertama kali
diperkenalkan pada dunia oleh Presiden Soeharto, pada acara Konverensi PBB.
Walaupun kata batik berasal dari bahasa Jawa, kehadiran batik sendiri tidaklah
tercatat. Dahulu batik juga dikenakan oleh R. A Kartini dan suaminya. Motif
yang dikenakan adalah motif parang yang dipakai untuk kaum bangsawan (
Prasetyo, Anindito, 2010: 1- 5).
Perempuan – perempuan di masa lampau
menjadikan keterampilan mereka menjadi mata pencaharian, sehingga pekerjaan
membatik dimasa lampau adalah pekerjaan eksklusif sampai ditemukannya batik cap
yang memungkinkan kaum laki-laki untuk masuk dalam bidang ini.
Tradisi membatik pada mulanya merupakan
tradisi turun temurun, sehingga kadang kala suatu motif batik dapat dikenali
dari keluarga tertentu. Beberapa motif batik juga dapat menunjukkan status
seseorang (Prasetyo, Anindito, 2010: 1- 5).
BATIK
DESA GIRILAYU
Desa
Girilayu lebih terkenal dengan Astana Giribangun dan Astana Mangadeg
(Mangkunegaran) dibanding dengan Batiknya. Warga desanya kebanyakan yang
mengerjakan batik ternama seperti Danar Hadi, dan lainnya. Desa batik atau
kampung batik hanya program pemerintah. Pemerintah memberikan bantuan tetapi
seringkali salah sasaran. Bantuan yang seharusnya untuk orientasi pengembangan
desa batik, tapi malah menjadi koperasi simpan pinjam sehingga masyarakat
sekitar hanya sekedar menjalankan program tetapi tidak untuk kemajuan desa
tersebut.
Dari
tradisi membatik yang turun temurun masih mereka lestarikan sampai saat ini, Masyarakat
mengerjakan batik setengah jadi yang nantinya dikirim Ke Solo untuk proses selanjutnya.
Satu lembar kain batik hanya dibayar 150 ribu saja, padahal kalau dijual di
toko bisa sampai beratus ratus ribu bahkan berjuta-juta. Masyarakat
menginginkan agar batik di desa Girilayu bisa berkembang. Tetapi masih banyak
juga yang enjoy dengan hanya menjadi pekerja, bukan pengrajin batik. Perempuan
di desa tersebut lebih suka bekerja di kota karena hasil yang didapat dari
membatik terbilang rendah sekitar 100-150 ribu per lembar dan itupun perbulan.
Adapun
anggapan tentang perempuan desa Girilayu dalam factor berkeluarga terkait
perkembangan dan pelestarian batik di desa Girilayu yaitu, “Jika perempuan yang
bukan berasal dari desa Girilayu mendapatkan suami orang Girilayu maka
perempuan tersebut harus bisa membatik. Tetapi tidak semua masyarakat
beranggapan sama, ada yang beranggapan tidak perlu bisa membatik asalkan bisa
mengembangkannya”.
Di desa Girilayu terdapat
tempat yang khusus untuk pembuatan batik, yaitu dari mulai penyantingan
hingga pewarnaan. Dari cantingan, para warga
bisa dikerjakan dirumah mereka sendiri-sendiri kemudian mewarnainya di
sekertariatan desa Vokasi. Kaum peremuanlah yang bertugas dalam menyanting,
kemudian dari pewarnaan banyak yang dikerjakan oleh kaum laki-laki. Pewarnaan
masih menggunakan warna sintetis, karena mereka menganggap bahwa pewarna alam
kurang cerah jika digunakan.
(Gambar
2. proses pewarnaan)
|
Pengertian desa Vokasi sendiri yaitu desa yang biasa mendapat
bantuan atau dana dari pemerintah untuk mengembangkan desa seperti untuk
memelihara sapi perah dan lain-lain. Hasilnya mereka gunakan untuk keperluan
koperasi. Dari batik yang dibuat adalah batik tolet yang menjadi ciri khas dari
batik karanganyar. Ada dua jenis batik tolet yaitu yang memakai cap dan
langsung (batik tulis). Dari produksi yang mereka jual sekitaran Rp 300.000,00
per lembar. Proses yang dibutuhkan sekitar satu bulan sampai dengan tiga bulan.
Salah
satu kekayaan alam yang ada di desa Girilayu adalah buah manggis. Pengembangan batik
di Girilayu juga memanfaatkan motif buah manggis. Tidak hanya buah manggis yang
dijadikan motif membatik, buah durian,daun-daunan juga mereka jadikan motif
batik.
Perempuan
di desa Girilayu juga aktif dalam mengikuti pelatihan-pelatiahan membatik.
Anak-anak perempuan yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar juga sudah
mendapatkan pelatihan tentang batik. Mereka diajarkan cara membuat pola batik dan
mencanting. Dari perkembangan batik sendiri peran perempuan lebih banyak karena
proses yang sebagian dikerjakan oleh kaum perempuan.
(Gambar 3. Batik motif buah manggis)
|
Referensi:
Prasetyo,
Anindito. 2010. Batik Karya Agung Warisan Dunia. Pura Pustaka: Yogyakarta.
https://id.search.yahoo.com